By; Chaidir Akbar ( Triathlon Buddies ) 
 
Kita telah melewati beberapa fase pemahaman akan pandemik yang telah terjadi :
 
1. Fase ketakutan dimana segalanya serba tidak jelas dan action yang kita ambil adalah diam dan menstabilkan anarki, mempelajari situsi dan mulai membentuk struktur latihan yang bisa dilakukan.
 
2. Fase selanjutnya ketika pengetahuan mulai bertambah dan informasi yang diterima semakin banyak, action nya adalah beradaptasi dengan training dan mengatur mindset training, di periode ini kita menemukan bentuk-bentuk latihan baru di rumah, munculnya challenge dan mulai hadirnya virtual race.
 
3. Fase ketiga ketika kita mulai memiliki HARAPAN bahwa kabut pandemi ini akan pergi dan kita mulai yakin bahwa race dan event akan terjadi bisa di akhir tahun ini atau di tahun depan.
 
Kita gak akan pernah tau apa yang terjadi dengan virus dan juga tidak ada kepastian dengan race, namun kita bisa kembali ke hal yang pertama kali membawa kita ke olahraga “The Why?” 
Saya yakin waktu kita mulai olahraga, kita bukan olahraga untuk ikutan race, kita olahraga untuk mencari inner peace, melepaskan stress, kontemplasi diri, membangun jiwa dan raga yang sehat dan menjadi “The Best Version of Ourself”. 
 
Adalah sebuah pilihan yang jelas bagi kita untuk terus berusaha menjadi lebih baik walaupun di depan kita ada ketidakpastian. Manusia tidak tau hidup setelah kematian akan seperti apa, seingat saya tidak ada kerabat saya yang wafat kemudian kembali ke dunia untuk menceritakannya. Dengan keyakinan,  kita tetap menanam budi baik selama di dunia karena dalam perbuatan tersebut ada pengharapan.
 
Jika kita terus berlatih saat ini maka outputnya di akhir tahun 2020 akan terjadi dua hal :
 
1. Races Terjadi :  Jika akhirnya terdapat race di akhir tahun maka benih yang ditanam sekarang dengan tetap training akan menuai hasil, kita akan jadi orang yang paling siap di start line. Saya yakin akan banyak pemecahan personal best, performance terbaik akan terjadi ketika kita siap. Ini akan menjadi skenario terbaik di tahun penuh tantangan.
 
2. Race tidak terjadi di 2020:  Jika ini skenario yang terjadi, usaha yang sudah kita lakukan tidak akan sia-sia, ingat dengan “The Why” maka di akhir tahun kita akan menjadi “the better version of ourself”.
 
Bagaimana dengan 2021? 
Kita perlu menanam keyakin bahwa 2021 race akan terjadi oleh karena itu tetaplah berlatih.
 
Pertanyaan yang muncul dari sesi sharing bersama @skolari.id jadi bentuk latihan untuk memaksimalkan performance seperti apa?
 
1. Ketika kita kembali memulai olahraga maka konsep trainingnya yang bersifat Low stress dalam porsi yang tepat untuk menjga kewarasan. Secara teknis sasaran training untuk meningkatkn efisiensi, strength dan mobility training : Running drill, Plyometric, Core Exercise, Functional Strength dll.
 
2. Shifting menuju race (yang mungkin terjadi mungkin tidak!) : menambahkan Tempo Intervals dibawah atau sedikit diatas threshold, Strength-Endurance dan Hill Work, mulai menambahkan durasi training untuk membangun resilience, terus mempertahankan kebiasaan strength & conditioning yang sudah terbentuk rutin. 
 
Pegang prinsip Polarisasi Training, dominan di intensitas rendah dan sedikit porsi intensitas sedang dan tinggi, 80-20 adalah komposisi yang baik sebagai acuan. 
 
Kondisi ini tentu tidak ideal bagi setiap orang, minggu lalu saya mengikuti sebuah virtual race sepeda berupa Team Time Trial yang terdiri dari 5 orang dalam sebuah team, kami berlaga secara virtual di rumah masing-masing menggunakan apliksi @gozwift di dalam team kami profesi setiap orang berbeda-beda, salah satunya adalah dr @risayogi seorang dokter, namun dengan memiliki misi yang sama dalam berlatih menuju race pada saatnya dia bisa mengeluarkan performa terbaik sepanjang sejarahnya bersepeda. 
 
Chaidir Akbar

10 Juni 2020